2013/03/31

Oh, saudaraku



                Hai, namaku Lala. Aku tidak tahu mengapa orang tuaku memberi nama Lala. Temanku sering mengejek dan bernyanyi “Lalala lalalala lalala lalalalalala….” Tapi aku sama sekali tidak merasa tersinggung, aku malah bahagia. Sekarang ini aku sudah kelas 2 SMP. Aku menikmati masa-masa bermainku bersama teman-teman sebelum aku benar-benar fokus UN di kelas tiga.
                “Lalala.. Sedang apa kamu? Sendirian saja nih. Lagi merenungkan nasib ya!!” sapa teman dekatku. Namanya Risa. Risa adalah anak tomboy di sekolahku. Tapi dia sangat baik padaku, dan aku menyayanginya.
                “Merenungkan nasib yang seperti apa maksudmu?” tanyaku heran dengan pertanyaannya yang menurutku menyimpang itu.
                “Ya apa lagi kalau bukan karena jomblo. Haha” Risa berlari menuju kelas, dan aku segera menyusulnya.
                “Hei. Bukannya sejak dulu aku jomblo ya.. tidak usah heran dong”. Risa berhenti dan menatapku dengan serius.
                “Ada apa sih.. Kamu serius banget.” Tanyaku penasaran.
                “Ketipuu… Larii...” Risa berteriak dan lari ke kamar mandi. Aku tidak mau mengejarnya, tentu saja karena aku tidak ingin ke kamar mandi.
                BRUKK…
                Ups, aku menabrak seseorang. Bukunya berjatuhan, kertasnya berhamburan. Kutatap wajahnya. Ehm.. Sepertinya aku belum pernah melihatnya. Tapi dia cantik sekali, aku jadi ingin berkenalan dengannya.
                “Eh.. Maaf ya, aku tidak sengaja. Oh iya, sepertinya aku belum pernah malihatmu. Apakah kamu murid baru?” Aku membantu gadis cantik itu mengumpulkan buku-buku dan kertasnya yang berserakan.
                “Tidak apa-apa. Aku bukan murid baru, mungkin aku terlalu kuper sehingga orang-orang tidak mengenalku. Tapi tak apa, sungguh.” Sepertinya dia malu mengatakan itu. Tapi aku benar-benar belum pernah melihatnya.
                “Oh, maafkan aku. Namaku Lala” Kataku sambil menyodorkan tangan, mengajaknya bersalaman.
                “Cika.” Katanya singkat. Kemudian Cika berdiri dan berkata, “Maaf, aku buru-buru. Terimakasih telah membantuku.” Kemudian Cika berjalan cepat dan menghilang di belokan koridor.
                “Sepertinya dia orang yang menyenangkan. Hanya saja dia terlalu menutup diri.” Gumamku.
                “LALAA….” Teriakan itu, sudah dapat dipastikan pemiliknya. Pasti Risa.
                “Hei, diam. Kamu ini memalukan aku saja.” Aku segera menarik Risa ke dalam kelas. Aku menikmati pembelajaran Bahasa Inggris, karena aku ingin pergi ke Inggris. Dan pastinya harus lancar ber-Bahasa Inggris terlebih dahulu.
                “Lala, kamu mau pulang denganku tidak?” Tanya Guntur. Guntur adalah temanku, yang kata teman-temanku suka padaku. Tapi aku tak punya perasaan apa pun dengannya.
                “Aku dan Risa akan pergi ke suatu tempat terlebih dahulu. Iya kan Ris?” Tanyaku pada Risa. Kemudian aku menarik Risa keluar sebelum dia berkata yang tidak-tidak.
                “Kenapa sih La? Kamu kan bisa pulang dengannya. Dan lagi, kita tidak akan kemana-mana kok” Risa bersandar di kursi yang ada di bawah pohon.
                “Aku berencana mengajak kamu ke toko buku. Ayo” Aku dan Risa berjalan meninggalkan sekolah. Aku dan Risa sudah berteman sejak kecil, karena rumah kami bersebelahan.
                “Eh, Cika.” Sapaku ketika melihat wajah cantik itu.
                “Hai,” Sapanya malu-malu.
                “Siapa dia? Sepertinya aku belum pernah mellihatnya. Tapi seragamnya sama dengan kita.” Bisik Risa padaku.
                “Risa, ini Cika. Cika, ini Risa.” Cika dan Risa pun bersalaman. “Cika, kamu ngapain disini?” Tanyaku dengan polos.
                “Ya beli buku lah.. Lala Lala.” Jawaban Risa membuatku malu, dan membuat kami tertawa.
***
                Ketika aku sampai di rumah, sepertinya sedang ada banyak tamu. Terlihat banyak mobil dan motor yang parkir di depan rumahku. Aku jadi teringat sesuatu. Kemudian aku lari ke dalam rumah. Dan benar saja, di sana sedang berkumpul keluarga besarku. Wah, menyenangkan sekali.
                “Kak Lala pulang. Oleh-oleh buat Kak Lala.” Adik sepupuku yang sangat menggemaskan itu memberiku sebuah bungkusan.
                “Wah.. Terima kasih dek Bella.” Aku mengusap rambutnya yang dipotong cepak itu. Aku segera bersalaman dengan seluruh keluarga besarku dan mengganti pakaian. Tanpa kusadari, di sana, di antara keluarga besarku terdapat gadis cantik yang pernah kutemui. Ya, dia Cika. Ketika aku menyadari ada Cika di sana, aku segera masuk ke dalam kamar dan tidak keluar lagi sampai keluarga besarku pulang.
                “Aku sangat malu. Aku tidak tahu bahwa dia adalah saudaraku, bahkan aku tidak mengenalnya.” Aku menelepon Risa dan cerita kepadanya. Aku bingung, aku sedih.
                “Sudahlah, tidak apa-apa La. Aku yakin Cika mengerti.” Kata Risa menenangkan aku. Aku bingung dengan kata-kata Risa. Mengerti akan hal apa? Tapi aku segera melupakannya dan tidur.
                “Hai Lala.” Suara itu seperti tidak asing di telingaku. Suara yang sangat lembut dan menyenangkan. Ketika kutengok..
                “Cika. Hai” Sekarang aku yang merasa malu padanya.
                “Kenapa kemarin kamu mengurung diri di kamar? Kan Bella ingin bermain denganmu.” Dia tidak seperti sedang mengejekku.
                “Aku malu padamu Cika. Aku tidak tahu kamu saudaraku. Bahkan aku tidak tahu kamu satu sekolah denganku. Maaf.” Aku merasa mungkin mukaku terlihat seperti kepiting rebus.
                “Sudahlah, tidak apa-apa.. Saudaraku, hehe” Kali ini dia pasti sedang mengerjaiku. Aku yakin itu. Tapi ini menyenangkan sekali. Kenapa aku berpikir demikian? Karena aku adalah anak tunggal.
                “Aku senang kamu menjadi saudaraku. Bagaimana kalau kunjungan ke rumah saudara sepulang sekolah?” Aku dan Cika pun berjalan beriringan menuju kelas.

2013/03/10

Sungai Cinta

Di sebuah desa yang terpencil terdapat sebuah rumah yang sangat sederhana yang berdekatan dengan sebuah sungai. Rumah tersebut berukuran kecil namun memiliki kebun yang sangat luas. Di teras rumah tersebut terdapat taman bunga yang berwarna-warni, kemudian di samping rumah tersebut terdapat kebun sayur-sayuran dan kebun apotek hidup, dan dibagian belakang rumah tersebut ditanam bermacam-macam buah-buahan. Jono dan neneknya memang sangat senang berkebun, selain dapat memanen hasilnya untuk keperluan sehari-hari juga sebagai kegiatan mengisi waktu luang.
                Suatu hari, Jono akan pergi ke ladang. Jono pun berpamitan dengan neneknya. Nenek Jono terlihat sedang menjahit pakaiannya yang sudah sobek.
                “Nek, Jono berangkat dulu ya,” kata Jono sambil menyalami neneknya.
                “Ya, hati-hati! Jangan pulang terlalu larut, nanti nenek masak yang enak buat kamu.” Nenek masih fokus dengan baju yang dijahitnya. Jono hanya tersenyum mendengar ucapan neneknya. Bagi Jono, masakan neneknya memang makanan terenak yang pernah ia makan. Dengan bersemangat, Jono pun pergi ke ladang dan menjalankan rutinitas seperti biasa.
                Menjelang petang, Jono menyudahi rutinitasnya dan berjalan menuju rumahnya.  Ia melewati jalan menanjak dan berliku-liku hingga akhirnya ia sampai di depan rumahnya. Rumahnya terlihat lebih ramai daripada biasanya. Karena takut terjadi sesuatu dengan neneknya, Jono pun segera berlari dan menerobos keramaian yang ada di rumahnya. Ketika tahu apa yang terjadi, Jono terlihat sangat kaget. Dia merasa bingung dan bahagia. Di depannya terdapat gadis cantik yang selama ini telah lama ia suka bersama dengan bapaknya.
                “Jono, kamu sudah pulang to. Sini duduk,” kata Pak Wiro padaku sambil menepuk-nepuk kursi yang ada di sampingnya.
                Nggih pak,” kata Jono malu-malu. Jono pun segera duduk di samping Pak Wiro. Jono dapat melihat Rika yang tengah malu dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum. Senyuman kecil yang dapat dilihat dan dirasakan Jono.
                “Begini Jon. Bapak kesini mempunyai maksud dan tujuan. Bapak sudah memberi tahu nenekmu,” Pak Wiro melihat nenek yang hanya tersenyum. “Jadi bapak kesini berniat untuk menjodohkan putri bapak, Rika dengan kamu.” Lanjut Pak Wiro.
Jono pun terlihat tidak percaya atas apa yang didengarnya. Ia pun menatap neneknya dan Pak Wiro dan keduanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Kemudian Jono melihat Rika, dan Rika tersenyum sambil berkata, “iya mas.” Jono serasa terbang dan melayang ke langit yang tinggi. Kemudian, tanpa ragu Jono menjawab, “Ya, saya mau pak. Kapan acaranya pak.” Semua orang yang berada di ruangan itu pun tertawa mendengar ucapan Jono.
*****
Suatu hari, Jono sedang memancing di sungai dengan Parjo, temannya sejak kecil. Ketika sedang menunggu ikan terpancing, ada sebuah jarik yang hanyut di sungai itu. Jono pun mengambilnya.
                “Punya siapa ya Jo?” tanya Jono pada Parjo
                “Aku tidak tahu. Simpan saja dulu, mungkin nanti ada yang mencarinya.” Kata Parjo. Jono pun menurut perintah Parjo, dia pun menyimpan jarik tersebut di dekapannya.
                Tidak lama kemudian, datanglah tetanggaku, Marni sedang tergopoh-gopoh.
                “Hai Marni! Sedang olahraga lari ya?” Sapa Parjo dengan sok tahu.
                “Enak saja, aku sedang mencari sesuatu tahu.” Kemudian datanglah seorang gadis yang sangat Jono kenali. Dia adalah Rika, gadis yang paling cantik di desa setempat.
                “Jono!Parjo!  Kalian tadi lihat ada jarik hanyut di sungai tidak?” Suara Rika membuat hati Jono deg-degan.
                “Aku tahu Rik, tadi diselamatkan Jono,” Parjo menunjuk Jono kemudian beralih di samping Marni.
                “Ini,” kata Jono sambil memberikan jarik itu pada Rika.
                “Makasih ya Jon,” Suara Rika yang lembut serta senyuman Rika yang manis membuat Jono gemetaran. Karena tidak kuat dengan getaran yang diberikan Rika, Jono pun terjatuh ke sungai. Parjo dan Marni menertawakan Jono, dan Rika membantu Jono untuk keluar dari sungai dengan mengulurkan tangannya. Jono semakin tidak kuat dengan getaran cinta yang diberikan Rika, ia hanya tertawa. Dan kisah cinta dimulai di sungai cinta

2013/03/07

lirik-lirik

Taylor Swift - We Are Never Ever Getting Back Together


I remember when we broke up the first time
Saying, "This is it, I've had enough," cause like
We haven't seen each other in a month
When you said you needed space, what?
Then you come around again and say
"Baby, I miss you and I swear I'm gonna change, trust me"
Remember how that lasted for a day
I say, "I hate you," we break up, you call me, "I love you"

Oooh we called it off again last night
But Oooh, this time I'm telling you, I'm telling you
We are never ever ever getting back together
We are never ever ever getting back together
You go talk to your friends, talk to my friends, talk to me
But we are never ever ever ever getting back together

Like ever...
I'm really gonna miss you picking fights
And me, falling for it screaming that I'm right
And you, would hide away and find your peace of mind
with some indie record that's much cooler than mine

Oooh, you called me up again tonight
But oooh, this time I'm telling you I'm telling you
We are never ever ever getting back together
We are never ever ever getting back together
You go talk to your friends, talk to my friends, talk to me
But we are never ever ever ever getting back together

Oooh oooh oooh oooh
I used to think, that we, were forever ever
And I used to say never say never


Huh, he calls me up and he's like, "I still love you"
And I'm like, "I just, I mean this is exhausting, you know, like
We are never getting back together, like ever"
No!
We are never ever ever getting back together
We are never ever ever getting back together
You go talk to your friends, talk to my friends, talk to me
But we are never ever ever ever getting back together

We Oh, getting back together
You go talk to your friends, talk to my friends, talk to me
But we are never ever ever ever getting back together

2013/03/06

esprit

yang membuat saya kesal hari ini adalah... saya tidak bisa mengerjakan soal bahasa inggris dan bahasa prancis dengan baik. Padahal saya sudah berusaha semaksimal mungkin, hiks.. hiks..
Tapi tak apalah, kan masih latihan,, yang penting besok lagi harus lebih baik... ESPRIT!