Di
sebuah desa yang terpencil terdapat sebuah rumah yang sangat sederhana yang
berdekatan dengan sebuah sungai. Rumah tersebut berukuran kecil namun memiliki
kebun yang sangat luas. Di teras rumah tersebut terdapat taman bunga yang
berwarna-warni, kemudian di samping rumah tersebut terdapat kebun sayur-sayuran
dan kebun apotek hidup, dan dibagian belakang rumah tersebut ditanam
bermacam-macam buah-buahan. Jono dan neneknya memang sangat senang berkebun,
selain dapat memanen hasilnya untuk keperluan sehari-hari juga sebagai kegiatan
mengisi waktu luang.
Suatu hari, Jono akan pergi ke
ladang. Jono pun berpamitan dengan neneknya. Nenek Jono terlihat sedang
menjahit pakaiannya yang sudah sobek.
“Nek, Jono berangkat dulu ya,”
kata Jono sambil menyalami neneknya.
“Ya, hati-hati! Jangan pulang
terlalu larut, nanti nenek masak yang enak buat kamu.” Nenek masih fokus dengan
baju yang dijahitnya. Jono hanya tersenyum mendengar ucapan neneknya. Bagi Jono,
masakan neneknya memang makanan terenak yang pernah ia makan. Dengan
bersemangat, Jono pun pergi ke ladang dan menjalankan rutinitas seperti biasa.
Menjelang petang, Jono menyudahi
rutinitasnya dan berjalan menuju rumahnya.
Ia melewati jalan menanjak dan berliku-liku hingga akhirnya ia sampai di
depan rumahnya. Rumahnya terlihat lebih ramai daripada biasanya. Karena takut
terjadi sesuatu dengan neneknya, Jono pun segera berlari dan menerobos
keramaian yang ada di rumahnya. Ketika tahu apa yang terjadi, Jono terlihat
sangat kaget. Dia merasa bingung dan bahagia. Di depannya terdapat gadis cantik
yang selama ini telah lama ia suka bersama dengan bapaknya.
“Jono, kamu sudah pulang to. Sini duduk,” kata Pak Wiro padaku
sambil menepuk-nepuk kursi yang ada di sampingnya.
“Nggih pak,” kata Jono malu-malu. Jono pun segera duduk di samping
Pak Wiro. Jono dapat melihat Rika yang tengah malu dan menundukkan kepalanya
sambil tersenyum. Senyuman kecil yang dapat dilihat dan dirasakan Jono.
“Begini Jon. Bapak kesini
mempunyai maksud dan tujuan. Bapak sudah memberi tahu nenekmu,” Pak Wiro
melihat nenek yang hanya tersenyum. “Jadi bapak kesini berniat untuk
menjodohkan putri bapak, Rika dengan kamu.” Lanjut Pak Wiro.
Jono
pun terlihat tidak percaya atas apa yang didengarnya. Ia pun menatap neneknya
dan Pak Wiro dan keduanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Kemudian Jono
melihat Rika, dan Rika tersenyum sambil berkata, “iya mas.” Jono serasa terbang
dan melayang ke langit yang tinggi. Kemudian, tanpa ragu Jono menjawab, “Ya,
saya mau pak. Kapan acaranya pak.” Semua orang yang berada di ruangan itu pun
tertawa mendengar ucapan Jono.
*****
Suatu
hari, Jono sedang memancing di sungai dengan Parjo, temannya sejak kecil.
Ketika sedang menunggu ikan terpancing, ada sebuah jarik yang hanyut di sungai
itu. Jono pun mengambilnya.
“Punya siapa ya Jo?” tanya Jono
pada Parjo
“Aku tidak tahu. Simpan saja
dulu, mungkin nanti ada yang mencarinya.” Kata Parjo. Jono pun menurut perintah
Parjo, dia pun menyimpan jarik tersebut di dekapannya.
Tidak lama kemudian, datanglah
tetanggaku, Marni sedang tergopoh-gopoh.
“Hai Marni! Sedang olahraga lari
ya?” Sapa Parjo dengan sok tahu.
“Enak saja, aku sedang mencari
sesuatu tahu.” Kemudian datanglah seorang gadis yang sangat Jono kenali. Dia
adalah Rika, gadis yang paling cantik di desa setempat.
“Jono!Parjo! Kalian tadi lihat ada jarik hanyut di sungai
tidak?” Suara Rika membuat hati Jono deg-degan.
“Aku tahu Rik, tadi diselamatkan
Jono,” Parjo menunjuk Jono kemudian beralih di samping Marni.
“Ini,” kata Jono sambil
memberikan jarik itu pada Rika.
“Makasih ya Jon,” Suara Rika
yang lembut serta senyuman Rika yang manis membuat Jono gemetaran. Karena tidak
kuat dengan getaran yang diberikan Rika, Jono pun terjatuh ke sungai. Parjo dan
Marni menertawakan Jono, dan Rika membantu Jono untuk keluar dari sungai dengan
mengulurkan tangannya. Jono semakin tidak kuat dengan getaran cinta yang
diberikan Rika, ia hanya tertawa. Dan kisah cinta dimulai di sungai cinta
0 komentar:
Posting Komentar